Ujaran Kebencian dan Pesan Permusuhan di Dunia Maya Semakin Masif
Senin, 27 Februari 2017
Comment
MEJAHIJAU.NET, Jakarta - Ujaran kebencian dan pesan permusuhan semakin meningkat dan masif dalam dunia maya, serta hilangnya kesulilaan dalam berkomunikasi, menjadi fenomena yang semakin mengkhawatirkan.
Demikian disampaikan Koordinator Jaringan Gusdirian, Alissa Wahid, dan Koordinator Nasional ANCaR (Aliansi Nasional Cendikiawan Akar Rumput), Fatahillah Rizqi, secara terpisah, Senin, 27 Februari 2017.
Menurut Alissa, ujaran kebencian dan pesan permusuhan, dapat menjadi pemicu tindakan kekerasan dalam dunia nyata.
"Apa yang terjadi di media sosial ini berpengaruh besar. Misalnya kayak tangkap kandidat ini, potong lehernya. Sangat mengkhawatirkan karena mendorong orang melakukan kekerasan itu yang bahaya," ujar Alissa kepada Kompas, di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (27/2).
Alissa menilai, ujaran kebencian akan semakin berbahaya jika diikuti aksi kekerasan. Salah satunya pernah terjadi dalam sebuah video yang beredar dengan ujaran seseorang untuk menangkap dan melakukan kekerasan.
Alissa kemudian menuturkan hasil pemantauan yang dilakukan pihaknya, dipaparkanya, dari pekan ketiga September hingga pekan pertama Oktober 2016, terdapat 28.000 kicauan yang mengandung kata "sesat" dan 21.000 kicauan yang mengandung kata "kafir" di Twitter.
"Kalau di Facebook lebih parah. 113.000 dalam waktu tiga bulan September - November. Jadi bayangkan kobaran permusuhan itu terus," ujar Alissa.
Selanjutnya Alissa meminta agar kaum Ulama proaktif untuk meredam ujaran kebencian yang semakin menguat di masyarakat. Sebab jika tidak, maka kohesi kemasyarakatan dapat retak, ujarya.
Kesusilaan Komunikasi
Sementara itu Koordinator Nasional ANCaR, Fatahillah Rizqi menilai, saat ini masyarakat sedang kehilangan kesusilaan dalam berkomunikasi.
"Di dunia maya, jelas lebih parah. Tetapi bukan berarti hal itu belum rembes ke dunia nyata," ujar Fatahillah.
Dalam aksi-aksi di jalanan, pernyataan baik dalam bentuk orasi atau spanduk "haram pilih pemimpin kafir", nampaknya sudah menjadi hal yang biasa, dan tidak lagi perduli terhadap rasa kebersamaan, kebhinekaan dan seakan kepekaan rasa kebangsaan telah hilang.
"Tidak ada yang salah dalam pernyataan tersebut, karena itu adalah pandangan politik seseorang atau sekelompok orang, jika hal itu disampaikan dalam ruang yang tetutup atau dalam rangka pengkajian politik strategis. Tetapi jika hal itu dinyatakan di publik, di jalanan, dan dalam rangka politik praktis, bisa dibayangkan, mungkin umat lain akan lempar handuk dan menyatakan tidak lagi mau perduli dengan persoalan-persoalan bangsa," tutur Fatahillah.
"Negeri Indonesia boleh jadi bukan negara agama, tetapi karena hampir 90 persen adalah umat Islam, maka sesungguhnya Indonesia adalah negara Islam. Jadi agak ganjil, jika dalam negara yang mayoritas Islam keluar statement, 'Muslim Haram Memilih Pemimpin NonMuslim'," kata Fatahillah.
Dari sudut lain, Ini merendahkan Muslim, bukan membela Islam, tegas Fatahillah.
"Di Indonesia statement 'Muslim haram memilih pemimpin kafir, menjadi semacam porn politic, dalam pandangan saya," pungkas Fatahillah.
.dri
0 Response to "Ujaran Kebencian dan Pesan Permusuhan di Dunia Maya Semakin Masif"
Posting Komentar